Pada tanggal 9 Desember 2014, aku
diberi tugas oleh dosen Bahasa Indonesia untuk membuat makalah dalam rangka
tugas akhir kuliah. Tugas makalah ini diwajibkan untuk berkelompok sesuai
dengan departemen yang dipilih. Departemenku ialah Peternakan, maka tugas
makalahku ialah Peternakan. Aku bingung sekali mengenai kelompokku ini.Mereka
seperti tak acuh dengan keluarnya tugas ini. Hal ini membuatku harus memutar
otak dengan mereka-mereka. Teman sekelompokku bernama Ranti, Kesya, Farel, dan
Indra. Sebenarnya mereka ini pandai. Tapi, sifat malasnya yang membuatku geram.
Pengumpulan tugas ini yang hanya satu minggu membuatku pusing bukan kepalang.
Keesokan
harinya, aku mempunya inisiatif sendiri dengan membuat tugas sendiri tanpa bantuan
mereka. Hasilnya pun memuaskan. Makalah yang aku buat akhirnya selesai tanpa
bantuan mereka. Namun aku lupa mengenai
tema makalah ini. Aku harus merundingkannya dengan teman sekelompok. Lagi-lagi
mereka sepertinya tak mau mengerti akan keinginanku untuk menyelesaikannya.
Mereka asik-asik sendiri saja tanpa memikirkan tugas mereka. Sesuai dengan
kesepakatan, kami putuskan tema makalah ini ialah Pengolahan dan Pemanfaatan
Biogas Sebagai Energi Alternatif.
Hari kamis tanggal 11, kami
merencanakan untuk membuat makalah, namun mereka mengatakan ”Gua lagi sibuk
nih”. Lagi-lagi aku harus mencari tugas
ini sendiri tanpa bantuan mereka. Kurang lebih tiga jam aku berada di depan
laptop untuk mengerjakan tugas ini. Bahan sudah ada tinggal aku kembangkan
untuk kubuat di makalah.
Tak terasa waktu sudah sore.
Tapi ada seorang wanita yang datang menghampiriku. Aku tak memakai kacamata.
Aku hanya melihat samar-samar. Wanita yang memakai celana jeans dan baju kemeja
kotak-kotak berlengan panjang ini ternyata Kesya. Kesya wanita yang sangat cantik,
dan pandai namun ia sedikit jutek dan galak. “Hai, lagi ngapain?” Tanya Kesya.
“Lagi ngerjain tugas Bahasa Indonesia” Jawabku. “Sini aku bantuin” dengan
senyum yang lepas. Aku hanya bisa terdiam dan memberikan laptopku kepada dia.
Dengan cermat ia mulai mengetik dengan jari-jari yang indah itu di atas
laptopku. Mulailah dari hari ini aku mulai berbicara dengan dia. Padahal selama
ini aku dan dia tak pernah berbicara panjang lebar. Biasanya hanya mengatakan “say hay” saja jika berpapasan dengan
dia.
Kami mulai ngobrol mengenai
kenapa melanjutkan sekolah ke IPB,bahkan sampai ke masalah pribadi dia. Apapun
itu kami tuangkan hal-hal apa saja, berharap kami tetap mengobrol. Dari pembicaraan
kami, aku mulai berpikir ternyata Kesya ini anak yang benar-benar cantik dan
tidak galak. Ternyata aku salah sangka mengenai dia. Malam hari akhirnya tiba
dan kami pun berpisah dan kami saling memberikan nomor handphone. Kami mulai SMS. Awalnya aku yang mulai SMS
menanyakan mengenai makalah sampai ngobrol sudah belajar apa belum? Lagi
ngapain nih sekarang? Hahahaha entah mengapa aku sangat senang rasanya. Rasanya
sudah mengenal lama dengan dia. Padahal kenal dekatnya ketika jadi kelompok
saja.
Hari Minggu 14 kelompokku
mulai mengerjakan hal-hal apa yang kurang mengenai makalah kelompok ini.
Seperti biasanya mereka hanya sekedarnya kumpul dan memberikan opini tanpa
memberikan aksi yang nyata pada tugas kelompok ini kecuali Kesya yang memberikan aksinya pada kali ini dengan
membaca mengenai Buku Biogas yang ia pinjam
dari perpustakaan. Ia memberikan sentuhan konsep mengenai Pemanfaatan
Biogas. Aku sangat senang sekali. Bahkan beribu-beribu kesenangan baru kali ini
aku mendapatkan kesenangan yang tak terkira. Kesya mulai mendekatiku dan
mendiktekan apa-apa yang harus aku tulis dalam makalah ini. Jam sudah
menunjukan tepat jam dua siang. Aku yang kebetulan mengendarai motor lantas
menawarkan tumpangan untuk Kesya. Untung saja aku dan Kesya pulangnnya terakhir
dibandingkan dengan yang lain. Kesya menyetujui permintaanku. Aku mengendarai
motornya sangat lambat tidak seperti biasanya. Maklumlah kebersamaanku dengan
Kesya harus diperlama, meskipun esok hari pun kami bisa bertemu. Aku bisa
merasakan kalau Kesya itu sepertinya suka denganku, namun aku tahu mungkin itu
hanya perasaaanku saja.
Hari Rabu, tanggal 17 November
2014. Kami mengerjakan untuk sentuhan terakhir
dalam makalah ini dan ini
merupakan kebersamaan terakhirku dalam bertemu dengan dia secara intensif. Aku ingin sekali memberanikan diri
untuk mengatakan kepada dia bahwa aku jatuh cinta dan aku suka kepadamu. Namun
aku melihat ia sedang berduan, aku tak
tahu siapa laki-laki itu. Rasanya tuh sakit banget. Sakitnya tuh disini nunjuk
ke hati. Mereka terlihat akrab seperti
aku dengan dia, mereka seperti pacaran tapi aku tak mau berburuk sangka mengenai dia. Lama aku menunggu dia.
Akhirnya kebersamaan dia dengan laki-laki itu usai. Akuu menanyakan hal itu
kepada dia. “Laki-laki itu siapa?” aku penasaran. “Ohhh dia tuh pacarku. Namanya
Reza kelas P05” ujar Kesya. Jlebbbbbb……… Banget ketika ia berbicara seperti
itu. Aku tak kuasa untuk menahan perihnya hati. Untuk mengalihkan suasana aku
berkata “Yuk mari kita buat daftar pusatakanya” Kami mulai duduk di depan kelas
dan mulai mengerjakannnya.
Dalam suasana hati yang kacau
dan pikiran yang tak tenang serta aku pun tak konsen dalam mengerjakan tugas
ini. Aku tiba-tiba salah tingkah ketika berbicara dengan dia. Seakan-akan lidah
ingin berucap. “Kamu putusin dia, terus jadi pacarku ya” atau yang lebih parah
“Dia tuh tukang selingkuh” Ahhhhh aku mulai gila !!!!!
Tiba-tiba Reza datang dan
menghampiri kami. “Lagi ngerjain apa nih” Ucap Reza dengan nada penasaran “Nih
aku lagi ngerjain tugas Bahasa Indonesia. Oh iya nih temenku namanya Yahya.”
Jawab Kesya. “Hai Yahya, Gua Reza anak ARL” Reza berucap sambil menjulurkan
tangan kepadaku tanda perkenalan. “Gua Yahya, anak IPTP” Balasku. Tugas selesai
dan Reza mengajak Kesya untuk makan di kantin dan mengajakku juga. Namun aku
menolak, karena aku pasti tak tahan dengan mereka yang berduan alias
bermesraan. Aku hanya mengikuti mereka dari belakang tanpa mereka
mengetahuinya. Mereka berdua tampak senang, bahagia. Tapi aku tak rela, namun
hati berkata lain. “Kamu ini bukan siapa-siapanya dia. Masa kamu ingin merebut
dia, mana harga dirimu ini”!!!!
Muncul rasa yang aneh yang
membuatkut tiba-tiba melihat senang ketika ia tersenyum, tertawa. Aku tahu seharusnya rasa sedih itu muncul
ketika aku melihat mereka senang, namun rasa ini lain, lain dari yang lain. Aku
melihat dia sangat puas bahagia, mungkin aku cinta terhadap dia. Aku cinta jika
ia bahagia.
Sekarang aku sadar, bahwa
cinta itu tak harus memiliki. Bahwa cinta itu akan terasa indah ketika seorang
yang kita cintai bahagia, meskipun ia bahagia bukan dengan kita.