Jika ditelusuri, ada banyak kesamaan antara kisah Yesus dengan kisah
sejumlah tokoh utama dalam agama pagan seperti Hindu, Budha dan lainnya.
Apa yang sesungguhnya terjadi? Berikut investigasi yang dilakukan
seorang peneliti dari kalangan Kristen sendiri, Dr.Robert Beckford, guru
besar teologi Oxford Brookes University.
Hasil penelitian ini di abadikan dalam sebuah video yang diupload ke
Youtube dalam bahasa Inggris dan disertai subtitle bahasa Arab. Berikut
cuplikan hasil investigasinya.
“Saat peringatan Natal (Chritsmas), orang-orang Kristen, disamping
merayakan dengan rekreasi, makan minum, sudah pasti mereka merayakan
kelahiran Yesus. Di mana Allah, yang dilahirkan dari perawan, anak
pembebas yang diutus ke bumi untuk membebaskan kita semua. Kisah yang
kita terima dan kita yakini kebenarannya lebih dari 2000 tahun sebagai
kisah khusus milik Kristen. Namun percayakah Anda jika ternyata kisah
Yesus bukan esklusif dan ternyata ada kisah sejenis dan mirip dengan
kisah tokoh lain.
Tuhan bangsa India Krishna juga memiliki kisah kelahiran yang unik
dan mirip dengan kelahiran Yesus. Kelahirannya diikuti dengan malaikat
dan penggembala kambing.”
Pemeluk agama Hindu, “Itulah kisah Krishna, tapi kisah Yesus juga sama seperti itu juga.”
“Kisah Yesus juga mirip dengan tokoh Budha yang diyakini memiliki
mukjizat yang sama seperti berjalan di atas air, memberi makan 500
orang. Jadi berarti saya bukan hanya ikut Yesus namun juga ikut Budha
juga. Sebagian meyakini bahwa Yesus tidak mati di tiang salib di
Jerusalem namun ia dikubur di India.
Sementara ada sebagian orang meyakini bahwa Yesus memiliki kisah
berbeda sama sekali. Mereka menilai ia adalah simbol orang terzhalimi
dan tertindas. Orang Yahudi ortodoks, tidak meyakini Yesus. Sementara
orang Muslim meyakini Isa (Yesus) akan kembali di akhir jaman dan ia
akan dikubur di sisi kuburan Muhammad Sallalahu Alaihi Wassalam di
Madinah.
Ada manuskrip Kristen klasik yang tersembunyi selama 1600 tahun yang menegaskan hal yang berbeda dengan sosok pribadi Yesus.
Jika ada kisah-kisah yang mirip dengan kisah Yesus, lantas mana
sebenarnya yang benar? Saya akan lakukan sesuatu yang dikhawatirkan
orang Kristen untuk melakukannya; yakni keluar dari tradisi Kristen.
Saya akan menuju tempat kelahiran Yesus klasik di Betlehem ke puncak
gunung Himalaya, dari Mesir (peninggalan Firaun) ke India modern untuk
mencari kebenaran kisah di atas dan melakukan invesigasi
sumber-sumbernya untuk mengungkap kisah Yesus yang sebenarnya.
The Hidden Story of Yesus
Saya mulai meneliti tenteng Yesus yang kisahnya masih kabur di
Randaban, salah satu kota suci di pemelik Hindu. Di sana tempat pusat
ritual terhadap tuhan Hindu lama “Krishna”. Ini salah satu festival
Karta salah satu kekhususan dalam dunia Hindu. Jutaan pemeluk Hindu di
sini datang untuk menyembah Krishna. Dalam literatur kuno Hindu, Krishna
dilihat sebagai tuhan tertinggi yang turun ke bumi untuk memerangi
kejahatan. Ini mirip ideologi penjelmaan di dalam agama Kristen.
Kisah ini memaparkan kehidupannya 800 tahun sebelum kelahiran Yesus.
Di sini saya mencari kesamaan-kesamaan antara Yesus dan Krishna.
Terutama kisah kelahiran kedua tokoh ini.
Saya ingin menggali dari Shrivasta Gosmawi seorang petapa Bhrama yang
merupakan cucu pendiri kota suci ini sejak 600 tahun lalu. Saya
bertanya kepadanya soal ini. Dia menegaskan, “Saya ingin kabarkan kepada
Anda tentang kisah kelahiran seseorang yakni Krishna. Dia dilahirkan di
tempat yang sangat miskin. (Yesus juga dilahirkan di tempat miskin;
Madlod. Lukas: 2:7) Setiap tahun umat Kristiani juga diadalah seni
peran penjelmaan kelahiran Yesus. Sementara pemeluk agama Hindu juga
melakukan acara rasalila atau seni drama agama tentang kelahiran
Krishna.
Dalam kisah drama itu ada raja jahat yang berusaha menghalangi
kedatangan anak kecil itu. Sebab dalam ramalan yang dia terima oleh
raja, anak kecil itu akan membunuhnya ketika sudah besar. Karena itu
raja itu berani akan membunuh bayi itu. (Raja Herdos melakukan hal yang
sama dalam bible. Matta: 2:16). Kisah ini bermula seakan sudah biasa.
Dalam kisah ini juga diceritakan bahwa bintang-bintang itu bersinar
terang saat Krishna terlahir. (Demikian halnya dengan Yesus. Matta: 2:
7-9). Waktu kelahiran Krishna itu adalah di tengah malam. (demikian juga
Yesus. Matta: 2:14). Dalam kisah juga ada gunung tanpa kotoran.
Kelahirannya terjadi setelah malaikat mengabarkan hal itu. (Yesus juga
demikian: Lukas: 2:10). Ketika para pengawal raja itu sedang tidur, sang
ayah mengabarkan menyuruh agar Yesus dilarikan bersama keluarganya.
(Matta: 2:13). Mereka harus menyeberangi sungai. (Yesus bersama keluarga
sucinya juga menyeberangi sungai Niil). Namun karena mukjizat, sungai
itu terbelah menjadi dua. Mungkin Anda bertanya-tanya, kisah siapa ini?
Itu adalah kisah anak kecil Krishna.”
Aku bertanya, “Bukankah itu kisah Yesus, tapi Krishna ya?”
“Bisa jadi itu juga kisah Yesus. Sebagaimana Yesus juga dibabtis
dengan dua pembabtis Yohana, Krishna juga dibaptis melalui … di sungai
Gangga. Ini kisah yang sama.” Tutur Shrivasta.
Apakah ini sebuah kebetulan ataukah ada kesengajaan dari pihak-pihak tertentu?
Al-Quran memberikan isyarat tentang hal itu,
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putera Allah” dan
orang-orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putera Allah”. Demikianlah
itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?” (At-Taubah: 30)
Sumber: Beberapa Artikel di Google
Selasa, 25 Desember 2012
Antara Teori Relativitas dan Mukjizat Isra’ dan Mi’raj

Berdasarkan teori Einstein ini, jika dikhayalkan seorang astronot bergerak mendekati kecepatan cahaya selama sehari maka itu sama saja dengan 50.000 tahun tahun waktu bumi. Jika kembali ke bumi, maka tim astronot tersebut akan menemukan generasi baru sama sekali.
Kesimpulannya, semakin cepat bergerak maka waktu akan menciut. Itulah kurang lebih keyakinan kaum materealisme dimana kecepatan dan kemampuan waktu terkait erat.
Jika ada makhluk lain bukan dari bangsa manusia yang lebih kuat dari manusia, seperti jin atau malaikat, maka ia bergerak dengan hukum yang berbeda. Ia akan mampu menempuh jarak dan melintasi segala penghalang yang di luar bayangan manusia. Berdasarkan teori relatifitas, jika ada benda kecil yang bergerak melebihi kecepatan cahaya, maka jarak akan pendek dan menghapus waktu di depannya. Hingga kini, kecepatan cahaya di ruang kosong masih yang tercepat. Namun dunia ilmiah tidak mengingkari adanya kecepatan lain yang lebih cepat di ruang kosong. Meski belum ditemukan.
Apa lantas kaitan teori relativitas Einstein dengan mukjizat Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam, “Isra’ dan Mi’raj”?. Tulisan ini bukan menambah pembuktian kebenaran mukjizat hissi (indrawi) ini. Namun untuk melakukan pendekatan pemahaman masalah ini terhadap mereka yang mengingkari kejadian ini, baik dari kalangan umat Islam yang ragu atau orang kafir. Separuh bagian dari mukjizat ini, Allah sengaja menantang manusia yang ingkar. Separuhnya adalah perkara ghaib yang harus diyakini kebenarannya secara mutlak.
Mukjizat ini tidak mungkin terjadi terhadap manusia biasa dengan standar ilmiah apapun dengan segala teori dan asumsinya. Sebab jika terjadi, ia bukan mukjizat lagi dan manusia bisa menciptakan alat (mesin waktu misalnya) untuk melintasi waktu. Mukjizat indrawi tidak bisa diandalkan untuk meyakinkan risalah Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam, sebab mukjizat itu sudah berlalu. Mukjizat yang kekal adalah Al-Quran.
Isra’ dan Mi’raj merupakan mukjizat yang mengandung unsur kecepatan yang di luar biasa yang mengantarkan Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam dalam dua perjalanan. Pertama, rihlah (perjalanan) antar jarak di bumi dari Masjidil Haram di Mekah ke masjidil Al-Aqsha di Palestina yang disebut isra’. Kemudian dilanjutkan “perjalanan langit” dari bumi menembus alam raya ke lapisan langit yang tidak pernah di ketahui oleh manusia kecuali melalui informasi dari Al-Quran.
“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Al-Isra’: 1)
“Maha Suci Allah” kalimat ini menegaskan tentang mukjizat Isra’ dan Mi‘raj. Namun apakah perjalanan
Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam, ini utuh dalam arti ruh dan jasadnya atau hanya ruhnya saja? Ada sebagian orang mengatakan bahwa perjalanan Isra’, terutama tentu Mi’raj terjadi terhadap Rasulullah, ketika dalam keadaan tidur atau mimpi. Artinya, hanya ruh saja tanpa jasad. Namun, secara tidak langsung, pendapat ini tidak mengukuhkan Isra’ Mi’raj sebagai mukjizat.
Pendapat yang benar, wallahu a’lam bishawab, perjalanan itu terjadi pada ruh dan jasad secara utuh. Ayat di atas tegas menyatakan “biabdihi”, (dengan hamba-Nya), secara lahir maknanya utuh ruh dan jasad. Di awal ayat, ditegaskan “subhanalladzi” , Maha Suci (Allah) Yang artinya Allah Maha Suci dari tandingan, persamaan, pertolongan, suci dari kelemahan Yang mampu menciptakan kejadian maha agung. Dari awal ayat Allah sudah “meminta” kepada pembaca untuk menerima informasi kejadian agung.
Melihat kondisi kaum muslimin saat itu dan dakwahnya, mukjizat Rasulullah, ini bertujuan ingin membersihkan hati orang yang beriman kepada beliau, secara utuh dan total.
Kelompok materealis selalu mengukur segala sesuatu dengan dimensi, ruang, waktu dan materi. Walhasil mereka mengingkari fenomena Isra’ Mi’raj secara mutlak.
Dalam hadits disebutkan bahwa perjalanan pergi dan pulang dari Mekah ke Al-Quds, Rasulullah saw naik “buraq“. Sebagian mengatakan buraq berwarna putih yang berkilau. Kemungkinan ini adalah kendaraan dengan kecepatan cahaya wallahu a’lam. Karena ini sebuah mukjizat, maka jasad Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam dijaga dari pengaruh kecepatan cahaya.
Alam raya maha luas yang disaksikan oleh manusia dengan alat-alat yang ada hanya langit dunia dan bagian kecil dari langit-langit Allah yang tujuh. Semua itu tidak ada bandingnya sama sekali dengan Allah Yang Maha Esa, Raja dan Pemilik dan Pengatur alam raya ini.
Meski teori perubahan materi menjadi energi dan kembali lagi ke materi hanya sebatas terori dan tidak bisa diterapkan, tapi bisakah ini didekatkan dengan fenomena Isra’ dan Mi’raj? Mungkinkah jasad Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam, berubah menjadi energi yang lebih tinggi dari cahaya sehingga bisa menembus alam raya dalam waktu singkat? Perjalanan Rasulullah dalam isra dan mikraj hanya semalam. Perjalanan itu dimulai setelah Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam shalat isya’ bersama sahabat dan kembali shalat shubuh bersama-sama mereka.
Fenomena mukjizat itu ditegaskan oleh Allah dalam Al-Quran
“Demi bintang ketika terbenam. Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). Yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat. Yang mempunyai akal yang cerdas; dan (Jibril itu) Menampakkan diri dengan rupa yang asli. Sedang Dia berada di ufuk yang tinggi. Kemudian Dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi. Maka jadilah Dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi). Lalu Dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan. Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka Apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya Dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (an-Najm: 1-18)
Dalam sejarah, perjalanan ke langit atau perpindahan benda sangat cepat bukan hanya di jaman Rasulullah Sallallu Alaihi wa Sallam. Sebut misalnya, Nabi Sulaiman memindahkan istana Balqis dalam sekejap dari Yaman ke Syam, Nabi Idris yang diangkat ke langit, Nabi Ilyas, Nabi Isa bin Maryam. Dalam sebuah riwayat hadits shahih, Nabi Isa yang diangkat Allah ke langit akan kembali ke bumi di akhir jaman. Apakah dalam fenomena ini berlaku teori relativitas Albert Eistein? Wallahu a’lam bishawab. (Ahmad Tarmudli)
Sumber: Beberapa Artikel di Google
Langganan:
Postingan (Atom)